Tuesday, February 28, 2006

Berat rasanya meninggalkan kalian.....

***quote***
Dear Management,
Good morning and I do hope that we're always in a good health.
Here with I'm writing to notify you that I am proposing my resignation with effective on March 1st 2006 and will turn over on the task until March 31st 2006. Henceforth I will take on leave from March 10th 2006 as well as serving my notice period .
It has been a pleasure working with you during my last more than 3 years with the company & I will fondly treasure the friendship that has developed for a long time.
Frankly speaking, it is hard for me to leave this company but at the other side I have to make a decision for my future and now the time has come.
Lastly we never know when our paths will meet again in the future but until then I like to convey my best wishes to you & your family.
Thank you very very much for your kind attention and have a nice days.
With Best Regards,
Samudera Chemical Logistics
Ade Suharyanto
***unquote***


Hampir 4 tahun aku lalui hari-hariku di tempat ini... senang, sedih, marah, tertawa, kesal, penat, tegang, sakit, sehat... hampir semua perasaan yang ada didunia pernah aku rasakan disini.

Kini tertanggal 1 Maret 2006 aku layangkan surat pengunduran diriku diperusahaan ini, berat rasanya untuk meninggalkan keluarga kecilku... tapi disisi lain aku harus berjuang untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik lagi.. demi keluargaku... demi anak dan isteriku.

Selamat tinggal keluarga kecilku, semoga kita tetap bisa menjaga tali silahturahmi yang telah kita bina sampai saat ini.
Sampai jumpa lagi dilain kesempatan & doakan saya semoga bisa meraih cita-cita diseberang sana.

With Very Best Regards,
~Ade.S~

Friday, February 24, 2006

"Ibu datang.....!!!!!!"

Pagi itu seperti biasanya setelah selesai menunaikan sholat Subuh akupun bersiap-siap untuk melakukan rutinitasku setiap hari.
"Super Deluxe" mulai dijejali dengan perlengkapan berkendara mulai dari rain coat, helm buat boncengers serta tas kecil yang berisikan sarapan serta makan siang.
Kunci kontak kuputar kearah kata yang bertuliskan "ON", dan mulai kuhidupkan kuda besi itu.... beberapa detik pertama mesin menderu seperti biasanya sampai akhirnya tersendat-sendat dan tidak mau menyala sama sekali.
"Ah.... ngambek lagi rupanya dirimu" seraya aku membuka pakaian kerja agar tidak terkena kotoran.
Pengecekan mulai dilakukan sampai akhirnya aku dinyatakan....... "MENYERAH KALAH"

"Halo, ini siapa...?"
"Ini saya pak."
"Ohh.. itu kamu, tolong bilang atasan saya... saya ijin tidak masuk hari ini karena motor saya mogok."
"Baik pak."


"Huh... kenapa sih, mogoknya itu mbok ya hari Minggu kemarin, kan bisa aku telpon si Ucok untuk memperbaiki motorku."

Akhirnya pagi itu aku lalui dengan bersenda gurau dengan sang buah hati tercinta sampai akhirnya kami terlena dipembaringan sekitar pukul 11:00 siang......
Nikmat sekali tidur siang itu, sampai-sampai aku bermimpi berada disebuah rumah dimana rumah tersebut sangat besar serta banyak kawan-kawanku dan disitu ada "Ibuku"..... seperti biasa beliau selalu menyibukkan dirinya dengan pekerjaan rumah, sampai-sampai beliau menyempatkan dirinya untuk menghidangkan kami makan siang.
Nikmat sekali rasanya hidangan makan siang tersebut.... tak lupa pujian dari kawan-kawanku yang kagum akan nikmatnya santapan makan siang itu.
Tak lama kemudian aku kembali kekamar tidur dimana terdapat isteriku dan anakku serta sang Ibunda tercinta.
"Bu, rumah mau dijual dan kemungkinan sebagian hasilnya akan dipakai bapak buat naik haji, boleh nggak bu....?"
"Aku sih terserah kamu saja bagaimana baiknya"
....Airmata itu tak bisa kubendung... setelah hampir 100 hari kami ditinggalkannya untuk kembali kepada Illahi.
"Aku mohon ridhonya bu...!!!!"
"Iya nak, aku ridhoi kamu & semoga kamu bisa sukses selalu"
.... perkataan terakhir dari sang ibunda siang itu diiringi dengan anggukkan kepalanya.

Kemudian akupun terbangun dari tidurku setelah panggilan sholat Dzuhur sayup-sayup dilantunkan dari Masjid dekat rumah.

"Alhamdulillah, ternyata rasa rindu itu terobati siang ini, ternyata sang Ibunda rindu juga denganku."
"Terima kasih ya Allah atas nikmatMu yang tak terhingga sampai detik ini."


.....dan sisa hari itu kulalui dengan senyuman dimana terbalaskan sudah rinduku kepada sang Ibunda......

Hari ini 100 hari yang lalu

Seperti biasanya jalan Ciledug Raya terlihat begitu padat, semrawut dan tidak bersahabat.
Udara yang cukup panas saat itu melengkapi penderitaan kami sampai akhirnya terlintas kejadian 100 hari yang lalu......

"Tak terasa sudah 100 hari aku tidak melintasi jalan ini."


Hari ini 100 hari yang lalu, aku melintasi jalan ini dengan hati gundah gulana.....
Hari ini 100 hari yang lalu, aku berkendara dengan kecepatan cukup tinggi....
Hari ini 100 hari yang lalu, hari yang ku tunggu-tunggu t'lah tiba.....
Hari ini 100 hari yang lalu, sang malaikat maut menjemput Ibunda tercinta......

Hari ini kami memperingati 100 hari berpulangnya Ibunda tercinta, kami undang sanak sudara serta para tetangga sekitar untuk memanjatkan doa-doa kehadirat Allah SWT semoga Ia berkenan memberikan almarhumah Ibunda tempat terbaik disurgaNya.... amin.

Alhamdulillah, ternyata banyak sekali yang datang... sampai-sampai saya terharu karena hampir lebih dari 100 orang yang datang saat itu untuk bersama-sama memanjatkan doa buat sang Ibunda.

Terima kasih banyak ya Allah, semoga ini merupakan pertanda baik bagi kehidupan almarhumah Ibunda di akhirat sana.

Jakarta, 15 February 2006

Wednesday, February 08, 2006

AIRMATA RASULULLAH SAW

Sepertinya nggak akan pernah bosan-bosan kalau membaca yg satu ini...
untuk mengingatkan kita...

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya ada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya.

Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis-shalaati, wa maa malakat aimaanukum - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali
kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii!" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa baarik wa sallim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.


Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu di akhirat.


Sumber : E-mail dari seorang sahabat, Feb 9th 2006